Metodologi Pengajaran Tata Bahasa Arab

Di susun Oleh :
Riska nur hasanah   [32.09.029]
Teti irawati  [32.09.030]
Lailatun Nazifah [32.10.001]

Metodologi  Pengajaran Tata Bahasa Arab

1.     MAKNA DAN URGENSI PENGAJARAN TATA BAHASA
Tata bahasa merupakan urutan ketiga dari komponen-komponen bahasa yang sudah seyogyanya untuk dikuasai dalam pembelajaran maupun pengajaran bahasa arab itu sendiri. Di kalangan pembelajar bahasa arab Tata bahasa lebih dikenal  dengan istilah struktur tata bahasa, struktur gramatikal,atau kaidah bahasa.

Pada umumnya kata-kata dalam bahasa arab berasal dari satu akatr kata yang terdiri dari tiga huruf. Dan pembentukan kata-kata dapat dilakukan dengan cara menambahan prefik [ sawabiq ], infiks [ dawakhil ], dan sufik [ lawagiq ] yang disesuaikan dengan pola-pola tertentu.
a.DEFINISI TATA BAHASA
Tata bahasa merupakan seperangkat aturan yang digunakan oleh manusia dalam berbicara atau menulis dan bahasa merupakan suatu deskripsi tertulis dari aturan-aturan suatu bahasa. 
Tata bahasa adalah suatu system aturan yang mempengaruhi susunan dan hubungan konvensional kata-kata dalam suatu kalimat.
Dari pengertian tata bahasa tersebut dapat disimpulkan bahwa tata bahasa terdiri dari dua bagian:
1.     Kata-kata, dan ilmu yang mengatur tata kata disebut dengan istilah ilmu sharf (morphology) [ilmu yang membahas dasar-dasar pembentukan kata, termasuk di dalamnya imbuhan].
2.     Tata kalimat (ilmu nahwu/syntax)  yaitu ilmu yang membahas tentang keadaan kata dalam pembentukannya menjadi kalimat dan kedudukannya dalam kalimat seperti fa’il, ma’ul, mubtada, dan seterusnya.
  
b.MAKNA KALIMAT
Berdasarkan pendapat thu’aimah, makna suatu kalimat tergantung pada susunan struktur dan kosakatanya. Maka sebuah kalimat mempunyai dua makna, yaitu makna structural dan makna leksikal
I.    Makna structural
Makna structural terdiri dari empat unsur:

1.urutan kata-kata
              Dalam suatu kalimat mengisyaratkan kepada makna tertentu, misalnya jika kata fi’il beriringan dengan kata ism maka mengisyaratkan  bahwa ism tersebut merupakan subjek dari fi’il tersebut. Dan jika baris I’rab tidak tampak, maka sebenarnya kedudukan kaa-kata dalam satu kalimat mempunyai makna. Contoh:  كلم مسطفى عيسى

2. kata-kata fungsional
              Pada poin ini kata-kata terbagi menjadi dua:
i.      Muhtawa, seperti ism, fi’il, zharaf, dan dhamir.
ii.     Wazhifiyyah (kata-kata yang tidak hanya mempunyai makna, tapi juga mempunyai fungsi lain) seperti harf jar, harf syarth, dan kata-kata yang sejenisnya. Contoh: harf jar mempunyai makna dan dia juga mempunyai fungsi lain sebagai penunjuk bahwa katakata yang terletak setelahnya pasti berupa ism.

3.   Intonasi
Intonasi juga mempengaruhi makna dari sebuah susunan kata.

4.   Bentuk kata
Bentuk suatu kata dapat membantu pembentukan makna. Contoh: kata yang diakhiri dengan huruf ا  dan ت  menunjukkan jam’u almuannats assalim.
c.ALIRAN-ALIRAN SINTAKSIS
           Teori-teori di bawah ini mempunyai hubungan dan pengaruh yang signifikan terhadap pengajaran pola-pola kalimat bahasa arab.
1.     Teori Taqlidi (klasik) 
Teori ini berpendapat bahwa kata-kata terbagi tiga jenis: ism, fi’il, dan harf. Dan kata-kata tersebut mempunyai bentuk dan fungsinya masing-masing. Adapun implikasinya dalam pengajaran tata bahasa, teori ini menjelaskan susunan dan hukum-hukum. Misalnya, jenis-jenis fi’il, ism, dan harf, serta fungsi-fungsinya dalam nahwu dapat memberikan manfaat kepada guru. Yaitu guru lbi mudah untuk memilih materi mana yang lebih didahulukan dan mana yang bisa ditangguhkan.

2.Teori Mukawwinat Mubasyarah
Teori ini berpendapat bahwa kalimat tersusun dari dua bagian. contoh: هذا السمك لذيذ طعمه . Kalimat tersebut bisa kita bagi menjadi dua bagian, yaitu  هذا السمك  +لذيذ طعمه. Dan seterusnya. Adapun implikasinya dalam pengajaran tata bahasa bisa diambil manfaatnya melalui analisis kalimat dan substitusi bagian-bagiannya.

3.Teori Qawalib (Pola-pola Tagmemik)
Menurut teori ini, penyusunan suatu kata bisa dilakukan melalui dua cara, yaitu morfologis dan sintaksis. Contoh: .....ها هو ال... suatu kata disebut ism jika dia terletak pada kolom diatas. Adapun implikasinya dalam pengajaran tata bahasa, teori ini menawarkan sajian yang istimewa berupa latihan pola-pola. Kita bisa mengulang-ulang suatu pola dengan mengganti ism setiap kali diulang. Contoh: هذه مرأة ماهرة. Kalimat ini bisa kita ulang dengan mengganti kata مرأة dengan kata lain yang sejenisnya.
4.Teori Tahwiliyyah (Transformatif)
Teori ini mengemukakan bahwa setiap kalimat mempunyai susunan yang bersifat eksplisit dan susunan yang bersifat implisit. Seperti perubahan kalimat positif menjadi kalimat negatif atau interogatif.
  
d.  PERBEDAAN KALIMAT DAN POLA KALIMAT
Perbedaan antara dua istilah tersebut adalah:
1.  Kalimat merupakan kalimat hakiki, sedangkan pola merupakan bentuk yang terkandung di balik kalimat.
2.  Dalam setiap bahasa, kalimat bersifat tak terbatas, sedangkan pola bersifat terbatas   dan telah diketahui secara umum.
3. Setiap kalimat mempunyai satu pola yang cocok, sedangkan dalam sebuah pola bisa     terdapat kalimat yang tak terbatas. 
II.      PROSEDUR DAN TEKNIK PENGAJARAN TATA BAHASA
Dalam pengajaran tata bahasa, ada tiga kecendrungan umum yang sering digunakan oleh pengajar. Kecenderungan pertama adalah mengajarkan tata bahasa dengan cara memberikan penjelasan tentang aturan tata bahasa tanpa mengikutsertakan metode komunikatif. Kecenderungan kedua adalah mengajarkan tata bahasa dengan cara memberikan kesempatan ada siswa untuk mempraktikkan pola-pola bahasa sasaran, sehingga siswa hanya memahami aturan kebahasaan melalui proses analogi bukan berdasarkan penjelasan. Kecenderungan ketiga adalah mengajarkan tata bahasa dengan memberi kesempatan pada siswa untuk menggunakan bahasa yang dia pelajari dengan berbagai situasi. Dan pengajaran yang baik adalah pengajaran yang memilah dan mempertimbangkan tiga kecenderungan tersebut.
1.     POKOK PEMBAHASAN TATA KATA BAHASA ARAB
Bedasarkan bentuk dan maknanya, kalimat terbagi menjadi tujuh bagian: ism, fi’il, ism fa’il, ism maf’ul, mashdar, bentuk idhafah, sifat musyabbahah dan bentuk superlative (ism tafdhil).
2.     POKOK PEMBAHASAN TATA KALIMAT BAHASA ARAB 
Permasalahan pokok dalam pengajaran nahwu adalah keterampilan meletakkan bentuk kata dalam kalimat. Contoh: dalam jumlah ismiyyah, jabatan kata dalam kalimat tersebut meliputi mubtada’ dan khabar atau subjek predikat. Pemetaan persoalan tata kalimat data juga didasarkan pada perubahan harakat, khususnya harakat ism seperti almarfu’at, almanshubat, dan almajrurat.
3.     POKOK PEMBAHASAN TARKIB
     Tarkib sederhana meliputi :
1. Tarkib idhofy  [ dalam bahasa Indonesia setara dalam bentuk sususnan kata majemuk ]. Pengenalan dilakukan pada ciri-ciri tarkib idhafi sebelum siswa mengetahui definisi dari idhofi tersebut.
2. Tarkib washfy [shifah mausufh / na’at wa man’ut ]
   Pengenalan tarkib ini dapat dilakukan dengan cara membandingkn dengan tarkib idhafy. Yaitu dengan memberikan contoh-contoh dan penjelasan mengenai cirri-ciri dari keduanya.
3.     Tarkib isnady, merupakan kalimat sempurna yang meliputi jumlah ismiyah dan jumlah fi’liyah.
4.     PENGAJARAN MAKNA KALIMAT
         Hal yang bisa dilakukan oleh seorang guru dalam membantu para siswa untuk memahami makna structural suatu kalimat adalah :
1.     Penjelasan mengenai pengaruh letak suatu kata dalam sebuah kalimat terhadap makna yang dikandungnya dan hubungan antarkata dalam suatu kalimat seperti fi’il dan fa’il,  mubtda dan khabar.
2.     Penjelasan tentang peran yang dimainkan oleh kata-kata fungsional dalam suatu makna misalnya harf jar menunjukkan bahwa kata-kata sesudahnya adalah ism.
3.     Penjelasan tentang pengaruh intonasi kalimat terhadap makna yang dikandungnya.
4.     Memperhatikan makna structural yang berkaitan dengan bentuk kata, misalnya   kata yang beakhiran ون menunjukan jam’u mudzakkar salim.
5.     TEKNIK PENGAJARAN TATA BAHASA
Ada tiga kegiatan pokok dalam pengajaran tata bahasa yaitu :
  1.      Penyajian atau penyimpulan kaidah bahasa { kaidah shorfiyah dan nahwiyah }
  2.      Pemberian contoh-contoh yang mengandung kaidah bahasa yang diajarkan
  3.    Penginternalisasian kaidah dalam diri siswa melalui pemberian serangkaian latihan, dan latihan seperti latihan  / drill mekanis, latihan bermakna  dan latihan komunikatif.
III.     PENERAPAN LESSON STUDY DALAM PENGAJARAN NAHWU
Lesson Study merupakan suatu model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun learning community. Lesson Study bukan suatu metode pembelajaran atau suatu strategi pembelajaran, tetapi dalam kegiatan Lesson Study dapat memilih dan menerapkan berbagai metode/strategi pembelajaran yang sesuai dengan situasi, kondisi, dan permasalahan yang dihadapi pendidik. Lesson study dapat merupakan suatu kegiatan pembelajaran dari sejumlah guru dan pakar pembelajaran yang mencakup 3 (tiga) tahap kegiatan, yaitu perencanaan (planning), implementasi (action) pembelajaran dan observasi serta refleksi (reflection) terhadap perencanaan dan implementasi pembelajaran tersebut, dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran. Dalam pengimplementasiannya dalam pengajaran Nahwu di Perguruan Tinggi Umum menggunakan metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif.
Melalui aktivitas-aktivitas yang berkembang dalam Lesson Study yang
meliputi plan, do, and see, setiap anggota komunitas dapat saling memberi dan menerima
sehingga masing-masing pihak memperoleh keuntungan yang menunjang peningkatan
pengetahuan yang antara lain meliputi materi ajar, alat bantu belajar dalam bentuk hands on, serta strategi pembelajaran.
PENUTUP
Demikianlah makalah METODE KHUSUS PENGAJARAN BAHASA ARAB ini kami buat, semoga bermanfaat dan berguna bagi kita semua dalam mempelajari serta untuk menambah pengetahuan. Apabila ada kekurangan maupun kesalahan dalam penyampaian makalah ini, kami selaku penulis mohon kritik dan saran yang membangun agar tidak terulang lagi kesalahan di kemudian hari dan juga kami selaku penulis minta dibukakan pintu maaf yang sebesar-besarnya atas kekurangan dan kesalahan dalam penyampaiannya, karena kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT dan kesalahan hanyalah milik manusia itu sendiri.

Belum ada Komentar untuk "Metodologi Pengajaran Tata Bahasa Arab"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel